Ancaman Perang Dunia 3 Dan Dampaknya Terhadap Indonesia
Konflik antara Rusia dan Ukraina yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO makin panas. Terbaru, AS mengaku akan mengerahkan 8.500 tentara ke Ukraina.
Persoalan Rusia dan Ukraina kompleks. Bukan hanya melibatkan klaim wilayah, dalam hal ini Krimea yang dicaplok Rusia tahun 2014, tapi juga hegemoni Rusia dan Barat.
Sejak revolusi terjadi di tahun yang sama, yang menyingkirkan pemimpim pro-Rusia di negara itu, Ukraina semakin dekat dengan Barat. Bahkan Ukraina berniat menjadi bagian NATO.
Rusia menentang ini terjadi. Dikhawatirkan akan ada pangkalan militer NATO di dekat Rusia. Dalam pembicaraan damai Putin kerap meminta jaminan AS dan NATO terkait hal tersebut. Namun selalu deadlock, termasuk Jumat lalu.
Sementara itu, AS sendiri kemarin memerintahkan keluarga diplomat untuk segera meninggalkan Kyiv. AS juga meminta karyawan kedutaan dan warganya di Eropa Timur untuk pergi dengan transportasi komersial keluar dari wilayah itu secepat mungkin.
Status pasukan "siaga" juga dikatakan NATO. Kapal dan jet telah ditingkatkan untuk "menjaga pertahanan Eropa Timur" dalam menghadapi penumpukan pasukan Rusia.
Rusia sendiri disebut telah mengerahkan sekitar 100.000 tentara dekat perbatasannya dengan Ukraina. Dalam pernyataan terbarunya di media TASS, Rusia menyebut aktivitas ramai NATO di dekat perbatasannya tak bisa dibiarkan.
Dampaknya Terhadap Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun memberikan perhatian khusus terhadap kondisi geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina. Dikhawatirkan memicu perang dunia 3 karena menyeret Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
"Waspada baru geopolitik, karena yang terjadi seperti Rusia dan Eropa dan NATO dan Amerika Serikat (AS) di Ukraina," ungkap Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (27/1/2022).
Persoalan Rusia dan Ukraina kompleks. Bukan hanya melibatkan klaim wilayah, dalam hal ini Krimea yang dicaplok Rusia tahun 2014, tapi juga hegemoni Rusia dan Barat.Bila kondisi ini tidak terkendali, maka bisa mempengaruhi harga komoditas, khususnya energi. Indonesia sebagai pengimpor bahan bakar minyak (BBM) akan terkena imbas cukup berat dari sisi APBN maupun inflasi.
"Itu pengaruhi dampak ke komoditas energi baik gas dan minyak," ujarnya.
Geopolitik lain yang menjadi perhatian adalah tensi tinggi antara China dan Amerika Serikat (AS). Baru saja pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana untuk mengizinkan diplomatnya yang berada di China untuk meninggalkan negara itu.
"Jadi ini yang kita kelola di 2022," tegas Sri Mulyani.
Komentar
Posting Komentar